pada satu malam purnama dengan hawa dingin yang masuk lewat sela-sela jendela. pukul satu lewat lima belas,sepertinya. bunga tidur datang melantunkan skenario baru yang jauh beda dari yang sudah-sudah.
disana tergambar kumpulan daun maple oren yang berdayun memenuhi pinggiran sungai. hamparan rumput hijau menjadi pemanis gedung yang berada di tengah-tengah. bangunan khas persegi enam dengan pilar-pilar putih besar yang menyangga.
sungainya beku. suasananya berangsur dari pekat malam menuju golden hour pukul enam pagi. aku diam di pinggiran, mengayun kaki menginjak sungai beku yang baru kujumpai.
ada satu wanita datang, suaranya lumrah di telinga asing di ingatan. ia berteriak halus “kutunggu di Victoria Park”.
sekejap bunga tidur itu hilang, menjadi dunia nyata yang benar-benar terpampang. “Victoria Park” kata yang sejatinya belum pernah terlontar dalam sebuah rentetan kalimat yang ku ungkapkan. mesin pencari menunjukan bahwa tempat itu ada, persis seperti yang tergambar.